Sejuknya pagi ini menggelitikku agar aku bangun pada pagi ini. Langsung aku buka jendela kamarku secarik cahaya masuk ke kamarku bergantian.Terlihat di seberang sana seorang pemuda yang umurnya 2 tahun diatasku juga membuka jendela bersamaan, dia hanya memandangku sekilas dan langsung membalikkan badan dan sekarang yang kulihat punggung seorang diri.
“ Mira.. bangun sayang! “ panggil ibuku dari bawah. Panggilan ibu menyadariku yang bengong dibelakang jendela kamarku.
“ iya mam.. ini mira baru mau turun kok “ jawabku yang baru saja tersentak.
Aku seorang gadis berusia 14 tahun dengan nama Amira Dewi. Aku bersekolah di SMP Pelita kelas 9. Aku seorang anak tunggal, aku tidak tahu bagaimana rasanya punya adik ataupun punya kakak. Aku tahu aku sudah kelas 9 dan aku harus mempersiapkan semuanya agar aku dapat lulus dengan nilai yang memuaskan.
Hari demi hari aku menjalani hari aku berusaha mempalingkan diriku dari apapun kecuali belajar dengan tujuan satu yaitu lulus dengan nilai yang memuaskan. Tetapi bayang-bayang dibalik jendela itu masih ada di benakku. Sampai akhirnya aku dapat memalingkan hatiku pada pria dibalik jendela itu.
Dan akhirnya sampai aku tinggal menunggu detik-detik menuju Ujian Nasional. Aku berusaha untuk memuaskan nilaiku. Sampailah aku dipenghujung ujian yaitu Ujian Nasional aku mengerjakan dengan tenang tetapi teliti. Aku berdoa terus menerus sampai adanya pemberitahuan tentang hasil Ujian Nasional itu.
Aku tergesa-gesa mencari namaku di mading ternyata aku terdapat di urutan ke-3 dari seluruh siswa rasa syukur kupanjatkan ke hadirat tuhan yang maha esa.
Orangtuaku bangga kepadaku karenaku mendapatkan hasil yang memuaskan. Dan mereka menghadiahkanku untuk jalan-jalan bersama mereka ke Jogja. Aku langsung berteriak senang dalam hatiku.
Keesokan Harinya,
“ mam.. sudah siap belum? “ panggilku yang sudah tidak sabar untuk segera berangkat.
“ ini lagi siap-siap sayang “ jawab mamaku.
“ cepetan ya ma.. mira udah tidak sabar lagi nih! “
“ oke.. oke.. “
Aku bersama keluargaku pergi ke Jogja menggunakan mobil ayahku. Kami banyak bercanda selama di perjalanan. Sesekali aku dan orangtuaku mampir ke SPBU untuk beristirahat dan makan disana. Walaupun aku anak tunggal tapi aku senang mendapatkan orangtua yang selalu menyayangiku selalu.
Sesampainya kami di DIY. Yogyakarta, ayah langsung membawa mobilnya ke sebuah hotel yang cukup mewah menurutku. Lalu ayah langsung melangkahkan kakinya menuju meja resepsionis untuk memesan kamar. Aku dan orangtuaku mendapatkan kamar nomor 314 malam ini aku dan orangtuaku tidur dalam satu kasur aku tidur ditengah mereka seperti aku dulu kecil. Sebenarnya ini keinginan orangtuaku, aku tidak tahu mengapa mereka ingin tidur denganku seperti dulu aku kecil.
Besoknya kami berencana untuk pergi ke Candi Borobudur, Prambanan. Di Borobudur tak bosan-bosannya aku berfoto ria di sebuah batu besar yang biasa disebut Borobudur itu. Ada cerita yang terkandung dibalik candi tersebut. Sama halnya dengan Prambanan terdapat cerita tentang Roro jonggrang yang mengandung amanat tersendiri.
Pulang dari Candi Borobudur dan Prambanan aku langsung merebahkan diriku diatas kasur hotel itu. Empuk, nyaman, harum yang kurasakan diatas kasur itu. Tiba-tiba pikiranku melayang kembali memikirkan sosok dibalik jendela itu. Yang aku tahu tentang dirinya kalau tidak salah Yudha dia aktif dalam karang taruna di RT-ku dan dia 2 tahun diatasku.
Hari Ke-3 di Jogja,
Ini hari terakhir ku di Yogyakarta. Dan aku menghabiskan hari terakhir ini untuk berbelanja. Tapi ada perasaan yang mengganjal dihatiku, aku berusaha untuk menghilangkan perasaan ini karena yang ingin kurasakan perasaan senang.
Ayahku membawa mobil ke sebuah tempat perbelanjaan yaitu di Malioboro. Aku memborong banyak souvenir dan baju. Ketika sedang memilih baju aku melihat sepotong baju yang unik namun keren dan baju ini sepertinya untuk cowok. Namun aku membeli baju ini dan berniat memberikannya kepada yudha. Tiba-tiba Mama bertanya kepadaku.
“ baju itu untuk siapa mir? “ Tanya mama bingung.
“ hah? Oh.. ini baju untuk aku lah ma “ jawabku gugup.
“ tapi sepertinya ini untuk laki-laki “ celetuk mama.
“ masa sih ma?. “
Tapi mama sepertinya menghiraukan hal itu.
Dalam perjalanan pulang dadaku semakin terasa tidak enak. Sekarang pukul 22.00 tapi tumben ayah tidak istirahat dulu di SPBU untuk tidur malam. Dari kejauhan aku melihat sebuah mobil pengangkut barang yang sepertinya hilang kendali. Tapi ternyata ayah tidak bisa menghindarinya dan akhirnya terjadi tabrakan yang cukup serius antara mobil ayah dan truk tersebut.
“ ayah.. mama.. ayah.. mama.. “ ucapku berulang kali.
Lalu aku sadarkan diri aku melihat ke sekelilingku sepertinya aku berada di rumah sakit dan aku melihat sekujur tubuhku yang penuh darah.
Lalu aku melihat kesebelah kanan disana terdapat kedua orangtuaku yang terlihat belum sadarkan diri dan terlihat mereka keadaannya lebih parah dariku.
Aku tak kuasa melihat kedua orangtuaku aku hanya berharap aku bisa berkumpul lagi dengan orangtuaku. Lalu aku dibawa kesebuah ruangan seperti ruangan operasi sepertinya ada beberapa tubuhku yang harus dijahit. Aku kembali sadarkan diri dan sepertinya aku sudah dibawa ketempat ruang rawat dan aku gerakan kepalaku kesebelah kanan ternyata ada sesosok pria dibalik jendela itu.
Tetapi aku tidak memikirkan dia yang kupikirkan hanya orangtuaku kemana orangtuaku.
“ ayah.. mama.. dimana? “ ucapku yang membutuhkan sebuah jawaban.
“ mira.. minum dulu ya “ tawarnya kepadaku.
“ ayah.. mama.. dimana? “ ucapku kembali.
Dia langsung menggenggam tanganku seperti ada hal yang serius.
“ mira.. ayah dan mama kamu sudah ada disisiNya “ ucapnya.
“ ayah.. mama.. dimana? Mira mau ketemu mama sama ayah “ bentakku.
“ tetapi mira tidak boleh kemana-kemana dulu karena mira habis dijahit” jelasnya.
“ pokoknya mira mau ketemu ayah dan mama “ bentakku kembali.
Aku pun nekat turun dari kasur. Tetapi pria itu segera mencegahku yang ingin turun dari kasur.
“ mira tunggu disini ya.. aku mau ambil kursi roda dulu “ ucapnya dengan lembut. Begitu ceepatnya dia mengambil kursi roda. Kemudian dia langsung menuntun ku dari kasur sampai ke kursi roda. Lalu dia membawaku kesebuah kamar yang biasa disebut kamar mayat disana terdapat ayah dan ibu yudha. Aku langsung menghampiri ayah dan mama yang terbaring lemas tak bernyawa aku berusaha agar air mataku tidak mengenai jenazah ayah dan mamaku.
“ rencananya besok ayah dan mama mira akan dikuburkan ” ucap orangtua Yudha.
“ mira besok mau melihat ayah dan mama dikuburkan “ ucap mira yang berlinangan air mata.
“ besok mira boleh kok melihat ayah dan mama mira dikuburkan, sekarang tugas mira hanya cukup mendoakan orangtua mira supaya diterima disisiNya “ ucap orangtua Yudha.
Aku tidak bisa tidur semalaman yang ku bisa lakukan hanya menangis dan menangis.
“ kok belum tidur? “ Tanya Yudha kepadaku.
Aku hanya bisa menggelengkan kepalaku aku tak kuat untuk menjawab pertanyaannya.
“ ini tisu sebaiknya kamu hapus air matanya lalu tidur oke! “ pintanya.
“ terima kasih “ ucapku yang langsung menghapus air mata di sekitar mataku.
Yudha tidak tahu bagaimana rasanya kehilangan orangtua rasanya terpukul sekali, ucapku dalam hati.
“ mira kamu tenang saja nanti orangtuaku akan mengangkat kamu sebagai anak dan aku akan menjadi kakakmu kelak nanti “ ucap Yudha yang menenangkan hatiku.
“ sekali lagi terima kasih ya karena kamu dan orangtuamu sudah baik kepadaku aku harus menggantinya dengan apa? “ aku kembali menangis karena kebaikan hati pria ini.
“ kamu tidak perlu menggantinya dengan apa-apa “ ucapnya dengan kata yang lembut.
Tiba-tiba aku langsung memeluk pria ini karena kebaikannya.Ya Allah terima kasih kau telah hadirkan orang terbaikmu dikehidupanku.
Hari pemakaman orangtuaku,
Dia mendorongku kemana dengan kursi roda ini selalu ada disampingku. Aku berada didekat orangtuaku dan tak ada henti-hentinya aku mengeluarkan air mata ini. Yudha segera memberikan aku sapu tangannya. Aku pun menerimanya.
Yudha menuntunku menuju mobilnya. Untuk mengantarkan orangtuaku ke pemakaman. Aku berusaha dengan sekuat hati untuk menahan air mata ini, karena aku tak ingin orangtuaku tidak tenang disana. Tetapi dalam hati aku masih menangisi kepergian orangtuaku.
Akhirnya aku menyaksikan orangtuaku terakhir kali. Sungguh sangat membuat ku terpukul. Aku dan Yudha lah yang terakhir meninggalkan makam orangtuaku. Aku berdoa banyak untuk kedua orangtuaku. Kebetulan makam ayah dan ibu berdampingan. Dan aku tidak ingin makam kedua orangtuaku dihias-hias karena itu tidak ada ajarannya.
“ kita pulang yuk? “ ajak Yudha kepadaku.
Aku hanya bisa menganggukan kepala tidak kuat untuk berkata.
Sesampainya di rumah Yudha aku diantarkan ke kamar yang sudah disediakan oleh orangtua Yudha. Kamarku berada di sebelah kamar Yudha. Dia meninggalkan diriku di kamarku supaya aku dapat menenangkan diri.
Hatiku masih dalam keadaan terpukul atas semua kejadian ini aku biarkan air mataku yang memaksakan untuk keluar. Aku rebahkan diriku di kasur empuk ini sambil ku memandang keluar jendela terdapat diseberang sana sebuah rumah kehangatanku bersama orangtuaku.
Saat makan malam,
“ mira.. makan yang banyak ya! Supaya cepat besar “ ucapnya penuh perhatian.
“ oh.. iya “ jawabku seadanya.
Aku kangen saat seperti ini bersama ayah dan mama. Makan bersama dengan mereka terasa sangat nikmat. Aku akan berusaha menerima mereka sebagai keluargaku. Pada saat semua sibuk menatap makanannya sendiri ibunya Yudha terlihat ingin mengatakan sesuatu.
“ mira.. “ panggil ibu Yudha.
“ iya tante “ jawabku.
“ mamamu memberi wasiat rumah orangtuamu akan dijual dan hasil penjualannya akan tante serahkan ke kamu semua “ jelas tante.
“ oh.. tidak usah tante uang itu untuk tante saja. saya ada disini saja sudah bersyukur banget pada Allah dan berterima kasih sekali sama tante “ tolakku dengan halus.
“ tetapi ini wasiat mamamu, sayang “ ucap tante menyakinkan.
“ ya.. sudah tante kalau memang itu wasiat dari mama akan aku terima semuanya “ ucapku halus.
“ yasudah kalau begitu. Ayo makannya dihabiskan sayang! “ tegur ibu Yudha halus.
Setelah beberapa hari,
Aku menjalani hari-hari ku dengan hati yang berusaha untuk ikhlas atas segala yang tuhan beri. Aku merasa senang karena sekarang aku sudah mempunyai saudara baru seorang kakak yang sangat baik kepadaku yaitu dia pria dibalik jendela.
Hari ini hari pertama aku menjalani sekolah di tingkat SMA. Aku bersekolah satu sekolah dengan kakakku yang baru. Aku kelas sepuluh sedangkan dia kelas dua belas.
“ mira.. sudah siap belum? “ tegur kakakku dari bawah.
“ tunggu sebentar kak! “ jawabku dari atas.
“ kakak tunggu di halaman ya “ ucap Yudha halus.
“ oke.. oke.. kak “ jawabku mantap.
Beberapa menit kemudian aku pun turun untuk berangkat ke sekolahku yang baru. Sebelum berangkat aku berpamitan kepada orangtuaku yang baru. Setelah berpamitan langsung aku menuju halaman rumah.
“ ini helmnya “ sodor kak Yudha.
“ oh.. iya kak “ ucapku sambil mengambilnya dari tangan kak Yudha.
Sesampainya di sekolah,
Aku digandeng oleh kak Yudha dari tempat parkiran menuju kelas dimana aku belajar. Tiba-tiba kak Yudha bertemu temannya dan dia memperkenalkanku kepada temannya.
“ hey.. Rio “ sapa kak Yudha.
“ hey.. yud “ sapa balik teman kakakku itu.
“ eehh.. kenalin nih adik aku yang baru “ ucap kak Yudha memperkenalkanku.
“ mira “ ucapku memperkenalkan diri.
“ panggil ajah kak Rio “ ucap teman kak Yudha.
Setelah perkenalan itu aku langsung dibawa ke kelas tempatku belajar oleh kak Yudha. Didalam kelas baruku ternyata aku duduk bersama seorang pria bertubuh tinggi.
“ mira.. nama kamu siapa? “ ucapku mengenalkan diri untuk memulai pembicaraan.
“ Putra “ jawab cowok tersebut acuh.
Sepertinya teman sebangku ku tidak akan enak untuk diajak ngobrol, ucapku dalam hati.
Sepulang sekolah,
Kakakku sudah menungguku didepan kelas. Dan aku melambaikan tanganku kepadanya. Dan dia hanya senyum kepadaku. Akhirnya pelajaran dikelasku berakhir juga.
“ mir.. nanti kita ke toko buku ya? Aku mau nyari buku-buku soal untuk SNMPTN “ tawar kak Yudha.
“ oke deh kak.. “ ucapku senang.
Sesampainya di toko buku,
Sampai di toko buku aku dan kakak mencar, kakak mencari buku untuk SNMPTN dan aku cuma melihat-lihat novel di rak-rak toko buku tersebut. Setelah kakak membayar semua belanjaannya lalu dia mengajakku ke tempat makan. Kakak mengajakku makan yang namanya mie aceh katanya sih enak. Tadinya aku tidak memesan dulu setelah aku nyobain mie aceh punya kakak ternyata enak pedas lagi. Aku sangat suka makanan yang pedas-pedas. Akhirnya aku memesan mie aceh juga.
Sesampainya dirumah,
Langsung aku sandarkan diriku di sofa ruang tamu. Tetapi kakak langsung menuju ke atas. Setelah beberapa menit aku bawa diriku menuju kamarku. Sesampainya di kamar terlihat diatas kasurku sebuah novel dan penulisnya adalh penulis favoritku dan buku ini buku yang belum pernah aku baca.
Tanpa babibu lagi langsung ku baca buku tersebut. Tetapi masih terlintas dipikiranku ini pemberiaan dari siapa. Setelah beberapa halaman dari buku tersebut aku baca, ternyata terdapat sebuah kertas. Di kertas tersebut tertulis from kakakmu tercinta sang cahaya kehidupan. Aku akan selalu menyayangi kakakku sebagai kakak tidak lebih walaupun dia bukan kakak kandungku. Cahaya kehidupan dibalik sebuah jendela itulah dia, ucapku dalam hati.
TAMAT